Ada sebuah rumah di kaki gunung, rumah tua tanpa penghuni
atau tetangga. Orang menyebutnya rumah sunyi walau sesungguhnya di sana tidak
selalu sunyi...
Sebenernya sih cerita ini bukan gue yang ngalamin, tapi gue
diceritain sama salah satu sodara gue di kampung. Iya, gue masih punya sodara
yang tinggalnya tuh di kaki gunung. Masih di Jawa Barat lah, lokasi lengkapnya
mungkin gak bisa gue kasih tau.
Dulu tuh di deket rumah sodara gue itu adalah sebuah rumah
tua semi permanen, dindingnya terbuat dari bilik bambu, keseluruhan rangkanya
terbuat dari kayu, dan beratap daun kelapa yang udah kering. Rumah ini letaknya
paling jauh dari desa, di deket sebuah bukit yang mana adalah kuburan umum di
desa. Kalo di desa perkuburan memang biasanya terletak di bukit yang berjarak
gak jauh dari desa, rumah tua ini ditinggali sepasang kakek dan nenek. Mereka sangat
ramah, sehari-hari mereka suka bantu di ladang dengan bayaran hasil yang di
taman. Kalo lagi bantuin panen beras mereka dapet beras, kalo bantuin ladang
sawi mereka dapet sawi. Walaupun begitu warga desa sebenernya tidak habis pikir
kenapa sepasang nenek dan kakek itu tinggal di rumah gubuk dekat bukit, saat
orang-orang lain menjauhi bukit perkuburan karena takut, mereka malah tinggal
di dekat sana. kalo pun ada yang berani bertanya si nenek dan kakek ini hanya
membalas dengan senyuman.
Suatu hari seorang warga desa yang sedang mencari kayu bakar
sengaja melongok ke dalam rumah nenek dan kakek itu, pasalnya mereka udah gak
keliatan selama dua hari. Biasanya dari pagi sampai sore mereka udah sibuk di
ladang, tapi ini kok gak muncul-muncul. Warga ini terkejut bukan main saat
menemukan si nenek dan kakek sudah mati dalam keadaan membusuk. Diperkirakan kematian
mereka berlangsung dua hari yang lalu. Warga sempat geger dengan berita itu,
mereka tidak menyangka bahwa sudah dua hari mereka meninggal tapi tak satu pun
orang tau. Warga sempat mencari-cari sanak saudara yang mungkin dimiliki si
nenek dan kakek, tapi hasilnya nihil. Enggak ada sana saudara atau anak. Warga memutuskan
untuk menguburkan mereka di bukit dekat rumah.
Setelah kematian nenek dan kakek itu, rumah mereka jadi kosong.
Suatu malam ada seorang pemuda yang sedang dalam perjalanan dari kota lewat
dekat rumah itu. Pemuda itu sengaja memotong jalan supaya cepat sampai, malam
itu sudah jam sembilan malam. Yang namanya desa, jam sembilan malam serasa jam
dua belas. Apa lagi di desa terpencil. Ketika si pemuda lewat rumah itu, dia
ngeliat sebuah cahaya lilin dari dalam rumah. Dia penasaran, soalnya setahu dia
rumah itu udah kosong. Dia coba ngintip dari jendela. Dari jendela dia liat si
nenek dan kakek duduk di dekat sebuah lilin yang menyala, sekeliling mereka
gelap, cahaya lilin Cuma bisa menerangi remang-remang. Walaupun begitu si
pemuda masih bisa liat wajah nenek kakek itu yang pucat, mata mereka memandang
kosong ke arah lilin. Si pemuda kaget bukan main, tetapi yang lebih menyeramkan
adalah si nenek dan kakek itu enggak sendiri. Di dekat mereka ada beberapa
bayangan hitam, dan yang terdekat dengan mereka adalah berwujud perempuan. Rambutnya
panjang dan dia memakai kebaya lusuh, sayangnya wajah perempuan itu gak terlalu
keliatan. Namun, si pemuda dapat melihat matanya yang merah menyala saat
perempuan itu menatapnya. Si pemuda lari pontang-panting.
Gosip itu langsung menyebar kemana-mana, dan gak Cuma si
pemuda aja, banyak orang melihat hal yang sama. Ternyata arwah si kakek dan
nenek masih tinggal di rumah itu. Beberapa orang berspekulasi bahwa nenek dan
kakek itu dulunya main pesugihan sampai anaknya meninggal, dan selama mereka
tinggal di rumah itu mereka bergaul dengan makhluk penunggu kuburan tua di
bukit itu.
Gue gak tau apakah itu rumor atau fakta, tapi yang jelas
penampakan nenek dan kakek berserta makhluk lain di rumah itu memang bener. Rumah
itu dijuluki rumah sunyi, karena saat malam rumah itu ramai namun sunyi.